"Jatuh Cinta Berjuta Rasanya"

Part3

Kisah kasih sepasang anak manusia sudah begitu kerapnya dijadikan bahan cerita yang hadir di tengah" kita dari masa ke masa, baik dalam bentuk cerita turun-temurun, buku, film, maupun media lainnya. Ada cerita yang diilhami dari kisah nyata, tapi ada juga orang yang kisah cintanya seperti dalam film. Sebenarnya apakah yang dikatakan dengan cinta itu?, mengapa topik yang satu ini seperti tidak ada habis"nya untuk diceritakan, dibahas, dan diperdebatkan?, yang lebih penting lagi, apa arti cinta bagi remaja?.
Berbagai terminologi digunakan orang untuk melukiskan bagaimana rasanya jatuh cinta itu. Ada yang bilang bahwa jatuh cinta itu serasa indah sekali, sehingga semua di sekeliling kita juga terasa indah. Ada yang bilang bahwa cinta terasa menyesakkan dada sehingga harus diungkapkan kepada pihak yang dijatuhi cinta. Cinta membuat kita berdebar", berkeringat, dan salah tingkah bila berada dekat si dia.Ehm...
Semua itu sebenarnya merupakan fase ketertarikan yang bisa dijelaskan secara psikologi maupun fisiologi. Pada saat kita tertarik pada seseorang, otak kita mengirimkan signal ke tubuh untuk memproduksi hormon tertentu ya akhirnya memunculkan reaksi" seperti di atas. Siapa yang bisa membuat kita tertarik tentunya sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribada serta bagaimana kita tumbuh menjadi remaja dan dewasa dalam lingkungan tertentu.
Sebagai bagian dari satu paket yang dikenal dengan istilah puberitas (masa peralihan), bersamaan dengan adanya perubahan fisik, emosionan, dan seksual, remaja juga mulai mengalami perasaan tertarik pada lawan jenis (atau dan kasus homoseksual dan biseksual, pada sesama jenis) yang diikuti dengan perasaan jatuh cinta. Masalah ini merupakan hal yang normal, walaupun tidak bermakna bahwa remaja yang belum pernah jatuh cinta memiliki masalah.
Menurut kajian yang dilakukan oleh Jackson (2001), remaja cenderung jatuh cinta pada orang yang sudah dikenalnya dengan baik, seperti kawan sekolah, teman bermain atau tetangga. Begitu besarnya tekanan dan pengaruh rekan sebaya bagi remaja, biasanya remaja juga akan jatuh cinta dengan orang" yang disetujui oleh sahabat"nya.
Dengan hadirnya internet secara pesat di dunia kita pada sekarang" ini, maka interaksi kita dengan orang lain juga lebih bervariasi. Sekarang remaja dengan mudahnya berkenalan dengan orang asing melalui chatting di internet, sekaligus juga membuka peluang untuk jatuh cinta. Namun, seperti permah dibahas di beberapa forum web tentang cinta, keindahan dunia maya tidak selalu disertai dengan keindahan dunia nyata. Banyak orang yang memalsukan identitasnya di internet untuk mengambil manfaat dan keuntungan sendiri. Masalah inilah yang mesti harus kita waspadai.

Cinta pada Pandangan Pertama

Walaupun film, buku, dan media massa sering kali menyebut" tentang cinta pada pandangan pertama, banyak orang ya berpendapat bahwa masalah ini hanya membesar"kan romantisme dan sangat jarang terjadi pada kehidupan sehari". Mereka berpendapat bahwa akan sulit mencintai seseorang yang kepribadiannya belum dikenal pasti secara lebih jauh dan dalam. Ketertarikan memang tidak boleh begitu saja disamakan dengan cinta, jika memikirkan betapa cinta melibatkan emosi yang lebih dalam.
Budaya media massa lebih memusatkan perhatian pada cinta romantis, sehingga mempengaruhi banyak orang untuk berfikir bahwa inilah bentuk cinta sejati yang harus dimiliki setiap pasangan. Pada kenyataannya, menurut para pakar, cinta yang romantis hanyalah bagian awal dari sebuah perjalanan panjang, dan banyak orang justru melakukan kesalahan fatah pada tahap ini. Tahap cinta berikutnya, walaupun tidak seintim cinta romantis, biasanya lebih dalam, lebih membahagiakan dan tentu saja lebih terasa nyaman karema sudah mengenali pasangannya dengan lebih baik. Untuk mencapai tahap ini tentunya diperlukan waktu yang lebih lama, karema dalam waktu tertentu itu pasangan dapat saling belajar baik tentang dirinya sendiri maupun pasangannya.
Jatuh cinta pada pandangan pertama dapat menjadi titik tolak dari perjalanan menuju cinta yang lebih jauh. Tapi sekali lagi, masalah ini dapat menjadi bahaya, karena pada awalnya kita sering mengira bahwa ketertarikan sama dengan cinta, tidak sedikit jumlahnya remaja yang tersilap dan menyerahkan segala"nya kepada pasangannya karena merasakan bahwa inilah cinta sejatinya.

Apakah Seks sama dengan Cinta?

Banyak remaja (terutama remaja wanita) yang melakukan hubungan seks bukan karena mereka secara fisik ingin melakukannya, namun hanya karena mereka percaya bahwa mereka perlu memberikan kepuasan seksual kepada "teman" lelakinya agar tetap dicintai. Mereka berpikir bahwa seks merupakan bukti cinta, mungkin juga karena pasangannya selalu mengatakan demikian.
Malangnya, pada beberapa kasus, setelah mendapatkan seks, si lelaki justru memutuskan hubungan dan menganggap pasangannya "bukan wanita yang baik". Masalah ini tentu sangat tidak adil bagi si wanita. Kalaupun pada saat melakukan hubungan seks si lelaki menggunakan kondom sebagai proteksi terhadap kehamilan dan AIDS. Masih ada satu hal yang tidak dapat diproteksi, yaitu hati dan perasaan. Tentu, ditinggalkan kekasih hati akan terasa sangat menyakitkan, apalagi bila kita sudah merasa menyerahkan segala"nya pada si dia.
Karena itulah, kita harus berpikir seribu kali sebelum mengatakan "ya" untuk hubungan seksual sebelum pernikahan. Pikirkan lagi konsekuensi yang akan terjadi pada diri kita dan pasangan kita. Jangan mau jadi korban, dan jangan membuat orang lain menjadi terkorban dari perilaku kita yang tidak bertanggung jawab. Kalau kita memang benar" cinta, tentunya kita akan sabar untuk menunggu saat yang paling tepat untuk melakukan hubungan seks (setelah pernikahan), dan tidak akan mengatasnamakan cinta demi seks atau seks demi cinta.
Nah dengan ini, kita mesti ingat bahwa masa remaja ini masa belajar, begitu juga dalam masalah cinta. Selain menyikapinya dengan wajar, jangan lupa untuk menikmatinya. Jatuh cinta di masa remaja semestinya membawa kesenangan yang sifatnya positif bagi kedua belah pihak. Membuat kita lebih semangat belajar di sekolah/kampus dan menatap dunia dengan lebih cerah.
Makanya, kalau anda merasa bahwa pasangan anda (atau gaya percintaan anda) membuat anda tidak bahagia, apalagi kalau sampai melibatkan kekerasan baik dalam bentuk fisik, emosional, maupun jiwa, mungkin sudah waktunya untuk meninjau kembali hubungan anda. Pikirkan lagi, mau terus atau berhenti di saat ini juga. Kalau bingung, anda boleh meminta bantuan dari ibu, bapak, guru atau orang" yang ada di sekitar anda yang anda percaya...

0 komentar: